Kamis, 01 Juni 2017

Bahasa Indonesia

KARYA ILMIAH POPULER
PENDIDIKAN ISLAM
“ANATARA TUNTUTAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PROBLEMATIKA MODERNITAS”
DisusunGunaMemenuhiTugas
Mata Kuliah: Bahasa Indonesia
DosenPengampu: Bu Yuli Nur Khasanah

Oleh:
Ida Arofa ( 1401016024 )
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014

PENDAHULUAN

            Pendidikan pada dasanya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju kerah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan tidak mengenal ruang dang waktu, ia tidak dibatasi oleh tebalnya tembok sekolah dan sempitnya waktu belajar di kelas. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja dan mampu melakukan proses belajar.
                        Sesuai dengan perkembangan dan tuntunan zaman, pendidikan Islam telah menampilkan dirinya sebagai pendidikan yang fleksibel, responsif, sesuai dengan perkembangan zaman, berorentasi ke masa depan, seimbang, berorientasi pada mutu yang unggul. Pendidikan Islam senantiasa mengalami inovasi dari waktu ke waktu. Tetapi juga terdapat problematika dan perubahan-perubahan sosial.

PEMBAHASAN

            Pendidikan Islam saat ini jauh berbeda dengan pendidikan Islam  sebagaimana zaman klasik dan pertengahan. Tantangan pendidikan Islam di zaman sekarang selain menghadadapi pertarungan ideologi-ideologi besar dunia, juga menghadapi berbagai kecenderungan yang tak ubahnya seperti badai besar seperti, kecenderungan integrasi ekonomi yang menyebabkan terjadinya persaingan bebas dalam dunia pendidikan. Menurut mereka dunia pendidikaan juga termasuk yang diperdagangkan, maka  dunia pendidikan saat ini juga dihadapkan pada logika bisnis. Mereka semakin membutuhkan perlakuan yang adil, akuntabel, cepat, tepat, dan profesional.
Beberapa Problemataka Modernitas
            Dewasa ini pendidikan Islam berada dalam era globalisasi yang ditandai oleh kuatnya tekanan ekonomi dalam kehidupan, dan teknologi komunikasi misalnya, selain memberikan manfaat berharga di dalam “menghemat” waktu perjalanan fisikal manusia, juga berimplikasi pada perselingkuhan baru yang destruktif seperti hilangnya persahabatan sejati, merosotnya intensitas tradisi silaturrahim, dan yang tren di kalangan anak muda deawasa ini, dikenal phone sex.
            Teknologi informasi dan telekomunikasi yang datang sampai ke kamar tidur, baik melalui media cetak, seperti surat kabar, majalah dan media elektronik, seperti televise dan internet. Sebaliknya implikasi negative perkembangan global memunculkan pribadi-pribadi yang miskin spiritual, jatuh dari makhluk spiritual ke lembah material-individualistik, eksistensi Tuhan hanya berdiam di relung pemikiran, diskusi, khutbah baik lisan maupun tulisan, dan mengalami frustasi eksistensial.
            Sistem pendidikan Islam diharapkan tidak saja saja sebgai penyangga nilai-nilai, tetapi sekaligus sebagai penyeru pikiran pikiran produktif dan berkolaborasi dengan kebutuhan zaman. Pendidikan Islam diharapkan tidak saja memainkan peran sebagai pelayanan rohaniah semata , yaitu fungsi yang sangat sempit dan suplementer, tetapi juga terlibat dan melibatkan diri di dalam pergaulan global.
            Ada beberapa hal yang bisa yang dilakukan bagi peningkatan sistem pendidikan Islam dan kecenderungan masa depan global. Pertama, umat islam harus mampu memanfaatkan sarana teknologi sebagai alat perjuangannya. Artinya, sarana teknologi perlu dijadikan alat perjuangan umat Islam dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dan bukan sebaliknya sebagai prenghalang bagi kreativitas berfikir dan berbuat bagi perubahan kemajuan. Kedua, umat Islam harus secara terus-menerus meningkatkan SDM yang berkualitas iptek dan imtak secara bersamaan, atau peningkatan diri ke arah kekokohan spiritual, moral, dan intelektual. Ketiga, proses modernisasi adalah sesuatu yang meniscayakan bagi perombakan sistem pendidikan Islam, mulai dari pradigma, konsep, kerangka kerja, dan evaluasi.
Mengapa Under Privileged?
            Sejarah formulasi perilaku dan pemkiran kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari ikatan-ikatan konteks lingkungan seperti politik, ekonomi, dan sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan agama, di samping unsur internal seperti bakat dan potensi. Berbagai unsur internal dan eksternal ini senantiasa melingkupi kehidupan manusia sejak lahir sampai ajal menjemputnya. Disini dapat dikatakan secara eksistensial pelbagai unsur di atas memiliki peranan yang signifikan bagi kelangsungan kehidupan manusia. Kondisi lingkungan yang tidak menentu , ekonomi yang tidak stabil, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang rendah, dan kekokohan spiritual dan moral yang mulai rapuh, semua itu berpengaruh pada kehancuran manusia. Segala sesuatu yang berkorelasi pada kehidupan dan kebutuhan manusia lambat-laun akan mengalami kehancuran, tak terkecuali sistem pendidikan Islam. Artinya, eksistensi pendidikan Islam juga bergantung pada kelangsungan unsur-unsur di atas.
            Yang perlu dikatakan bahwa hidup ini adalah pilihan-pilihan. Ketetapan untuk mempertegas pilihan dalam konteks sistem pendidikan Islam yang aspiratif-responsif-progresif adalah kemungkinan tercapainya pembelajaran yang lebih baik dan bermakna.


Budaya Tidak Percaya Diri
            Sikap tidak percaya diri, sebagaimana yang dikatakan Munandir ( Kompas, 20 Juni 2003 ) , adanya penanganan pendidikan di Indonesia oleh pemerintah, sejak empat puluh tahun silam, sebagai unsur dan bukan prioritas dari dari seluruh oientasi sistem pembangunan nasional. Sehingga hal itu berimplikasi pada pengelolaan atau sistem manajerial pendidikan yang tidak profesional, dilaksanakan secara amatiran. Ini bisa dilihat dari rangkaian inovasi, perubahan sistem, diuji-cobakan pelbagai kurikulum dan orientasi, seluruhnya belum kelihatan pernah dilakukan evaluasi secara mendalam.
            Hal ini ditambah dengan rendahnya kualitas SDM yang dihailkan lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia sebagai akibat dari minimnya sarana dan prasarana pendidikan, rendahnya kualitas guru, kurangnya pembinaan, Budaya tidak percaya diri juga lahir karena sistem pendidikan yang ada selama ini belum mengacu pada usaha untuk membebaskan masyarakat. Kecrdasan, kemahiran, dan keahlian yang diperoleh lewat pendidikan belum bisa menjadi kekuatan seperti apa yang pernah dikatakan Bung Karno.
Penyakit Dikatomi
            Kiranya anggapan sebagian masyarakat bahwa ilmu terdiri dari dua bagian  antara ilmu agama dan ilmu umum sampai sekarang masih menjadi peredebatan yang tak kunjung usai. Bahkan lebih ironid lagi dikatakan bahwa agama itu buakan ilmu, artinya wacana agama adalah  sesuatu yang lepas dari wacana ilmiah. Ini kemudian menimbulkan pemeakan lebih jauh antara apa yang disebut dengan ( pengetahuan yang bersumber dari wahyu Tuhan) dan ( pengetahuan yang berasal dari analisisis pikiran manusia ).
            Penyakit dikatomi keilmuan ini kiranya menjadi salah satu penyebab kemunduran umat Islam. Akibatnya, sistem pendidikan Islam sebagai manifestasi dari pada pesan-pesan tersebut yang berlangsung selama ini mengalami kemunduran dan bahkan terkesan di bawah disbanding dengan lembaga-lembaga pendidikan lainya.


Pendidikan sebagai Jendela Masa Depan
            Secara sosiologis, pendidikan selain memberikan dan memasuki masa depan, ia juga memiliki hubungan dengan transformasi  sosial-masyarakat. Kiranya masyarakat bahwa pendidikan merupakan sarana merubah masa depan. pendidkan diyakini mampu memberikan kemampuan teknologis, fungsional, informatife, dan terbuka bagi pilihan utama masyarakat. Kecenerunagan ini makin menguat manakala budaya global membikin masyarakat semakin terbuka dan sistematik yang lebih ditentukan oleh kompetensi rasional-individual, pengusaaan teknologi dan informasi, kerja keras, bukan lagi ditentukan oleh sesuatu yang tidak rasional.
                                                                    KESIMPULAN
           
            Pendidikan Islam dari berbagai sistem dan tingkatan dari waktu ke waktu senantiasa mengalami tantangan. Berbagai kemajuan atau ketertinggalan pendidikan islam sebagaimana yang telah di jelaskan di atas. Pendidikan Islam saat ini lebih berat dibandingkan Islam di masa lalu, Sistem pendidikan Islam diharapkan tidak saja saja sebgai penyangga nilai-nilai, tetapi sekaligus sebagai penyeru pikiran pikiran produktif dan berkolaborasi dengan kebutuhan zaman. Pendidikan Islam diharapkan tidak saja memainkan peran sebagai pelayanan rohaniah semata , yaitu fungsi yang sangat sempit dan suplementer, tetapi juga terlibat dan melibatkan diri di dalam pergaulan global.


DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali, 2013
Barizi, Ahmad. Pendidikan Integratif. Jalan Gajayana 50 Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2011
Mansur. Ilmu Pendidikan Islam. Semarang;  Rasail Media Group, 2010

1 komentar: