KONSEP TUHAN
MENURUT FILSAFAT
MAKALAH
Di Susun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Pengantar Filsafat
Dosen Pengampu: Komarudin, M.Ag
Disusun Oleh:
Ida Arofa (1401016024)
BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITASISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
A.
LATAR
BELAKANG
Ketika seseorang mulai menyadari
eksistensi dirinya, maka timbulah tanda tanya sendiri mengenai banyak hal.
Dalam lubuk hati ynag dalam memancar kecenderungan untuk tahu pebagai rahasia
yang masih merupkan misteri yang terselubung. Pertayaan-pertanyaan itu antara
lain, dari mana saya ini, mengapa saya tiba-tiba ada, hendak kemana, saya dan
lain-lain bisikan kalbu. Dari arus pertanyaan yang mengalir dalam bisikan hal
itu, terdapat suau cetusan yang mempertanyakan tentang Penguasa tertinggi alam
raya ini yang harus terjawab. Disinilah manusia mulia mencari Tuhan dan manisia
bergolak mencari dan merindukan Tuhan, mulai dari bentuk yang dangkal dan
bersahaja berupa perasaan sampai ke tingkat yang lebih tinggi berupa penggunaan
akal. (filsafat).
Sehingga Filsafat ketuhanan teologi
filsafat adalah hikmah kebijaksanaan menggunakan akal pikiran dalam menyelidiki
ada dan Esa-Nya Tuhan. Dengan melihat adanya pelbagai istilah yang dipergunakan
dalam masalah ketuhanan dapatlah diketahui berapa besar perhatian dan usaha
manusia menyelidiki ada dan Esa-Nya Tuhan. Karena mengenal Tuhan adalah asli pada
setiap jiwa. Nama Tuhan itu dikenali dalam segala bahasa. Sembaranglah dia
diberi nama, menurut kesanggupan dan merasa dan memikirkan, namun Ujud yang
diamati ialah yang satu itu juga. Perasaan batin akan adanya Tuhan ini tidaklah
menjadi merata dan berbentuk. Salah satu tujuan dari filsafat adalah
mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan
pengetahuan ini, dan menemukan hakikatnya. dan filsafat membawa kita kepada
pemahaman, dan pemahaman membawa pemahaman yang lebih layak.
Jadi
filsafat merupakan pertanyaan-pertanyaan yang hakiki serta memberi
jawaban yang terakhir pada persoalan yang dihadapi. Dalam hal ini, pemakalah
akan menjelaskan bagaimana konsep Tuhan menurut filsafat.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud dengan filsafat?
2.
Bagaimana
konsep Tuhan menurut filsafat?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengerian
Filsafat
Filsafat adalah berpikir dan merasa
sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan.[1] Filsafat
membawa kita keapada pemahaman dan tindakan, secara sederhana hal ini berarti bahwa
tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin,
mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini. menemukan hakikatnya dan
menerbitkan serta mengatur semuanya itu dalam bentuk yang sistematis. Filsafat
membawa kita kepada pemahaman , dan pemahaman membawa kita kepada tindakan yang
lebih banyak. Filsafat merupakan suatu analisa secara hati-hati terhadap
penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara sengaja serta
sistematis suatu sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan. Menagajukan
pertanyaan, menghubungkan gagasan yang satu dengan yang lainya. Menanyakan
mengapa, mencarai jawaban yang lebih baik di bandingkan dengan jawaban yang
tersedia pada pandangan pertama. Filsafat sebagai perenungan mengusahakan
kejelasan, keruntutan, dan keadaan memadai pengetahuan, agar kita dapat
memperoleh pemahaman.[2]
Filsafat menelaah hal-hal yang
menjadi objeknya, dari sudut intinya yang mutlak, terdalam tetapi tidak berubah
(Notonagoro), atau perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab ada dan
perbuat. kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai kepada mengapa yang penghabisan
(Drijarkara), menjawab pertanyaan terakhir, tidak dangkal dan dogma, melainkan
kritis sehingga kita sadar akan kekaburan dan kekacauan pengertian sehari-hari.
2.
Konsep
Tuhan Menurut Filsafat
Filsafat Ketuhanan adalah hikmah
(Kebijaksanaan) menggunakan akal pikiran dalam menyelidiki Ada dan Esa-Nya
Tuhan. Persoalan mencari dan menyelidiki Tuhan telah ada semenjak manusia ada
di bumi ini. Faham ketuhanan bukan hanya suatu dogma belaka. atau suatu
kepercayaan yang tidak bisa dibuktikan kebenaranya melalui akal pikiran melainkan
suatu kepercayaan yang benar (yang sesuai dengan objeknya) yang dapat diuji
melalui logika dan akademi.[3]
Dengan melihat pelbagai istilah yang digunakan dalam masalalah ketuhanan ini
dapat diketahui betapa besar perhatian dan usaha manusia menyelidiki ada dan
Esanya Tuhan. W Durant mengatakan: dalam segala bangsa yang telah memiliki
kecerdasan akal fikiran dan kemajuan ilmu pengetahuan dari zaman purba sampai
zaman sekarang ini, tidak jemu, tidak puas dan tidak berhenti-hentinya orang
mencari alasan-alasan untuk untuk menetapkan keadaan Allah dengan bukti-bukti
yang cukup dengan budi dan fikiranya. Demikian jufa Prof Jung mengemukakan
argumentasinya: orang yang mengejek-ngejek dengan memberi hyphotesa bahwa
cita-cita ketuhanan Yang Maha Esa itu ada satu hal “onwetenschappelije” Sudah
tentu dengan mudah di jawab dengan jawaban: kenapa segenap manusia di bumi ini
mempelajari Ketuhanan itu dengan ilmu dan filsafat di dalam menunjukkan
fikiranya didalam hal ini.
Penuhanan dalam agama adalah sesuatu yang
dengan sadar dikuasai oleh-Nya, baik bagi mereka yang hanya mempercayai dengan
perasaan maupun bagi mereka yang memikirkan-Nya dalam perenungan yang
filsafati. Tuhan itu dianggap Maha Membiarkan, berarti perbutan buruk seperti
pencurian, penindasan, dan berbagai dekadensi moral bukanlah kehendak Tuhan,
manusia hanya dibiarkan untuk memilih dengan bebas, mana yang buruk dan baik.
Sehingga dengan demikian manusia berpedoman pada kitab Suci-Nya. Ada beberapa
cara yang dilakukan para pencari Tuhan untuk membuktikan keberadaan Tuhan,
antara lain sebagai berikut:
1.
Melalui pembuktian bahwa Tuhan sebagai
pengatur kehidupan, yaitu kareana pada alam raya ini ditemukan keteraturan
orbit satelit pada planet, sifat benda cair, gas dan padat, dan sebagainya.
Sehingga melahirkan berbagai hukum alam. Hukum alam tidak hanya berlaku untuk
ilmu eksakta tetapi juga ilmu sosial. Inilah pembuktian keberadaan Tuhan
melalui logika keilmuan.
2.
Melalui
pembuktian bahwa Tuhan sebagai pencipta yang berkehendak, Yaitu ketika Tuhan
menciptakan warna lukisan mata kupu-kupu yang emnakutkan bagi musuhnya padahal
ia begitu indah dan leamah, ketika Tuhan menciptakan berbagai penyakit kelamin
guna memberi hikmah pada pelaku seks bebas, lalu bekian solusi pernikahan dalam
agama-Nya. Inilah pembuktian keberadaan Tuhan melalui jalur etika moral.
3.
Melalui
pembuktian bahwa Tuhan sebagai pemberi rasa pada manusia berbudaya yaitu,
diberinya rasa benci, marah, dendam dan sebagainya. dan diberikan juga rasa
kasih sayang, dermawan, jujur inilah yang disebut nahi mungkar. Hal ini
membuktikan keberadaan Tuhan melalui jalur penciptaan estetika seni.
Berbeda dengan sifat Tuhan, benda apapun yang ada di alam ini yang
di ciptakan oleh Tuhan terkungkung oleh keterbatasanya pada ruang dan waktu,
artinya benda tersebut harus mengisi ruang dan waktu. Sifat Tuhan tidak
demikian, karena terlepas dari keterbatasan ruang dan waktu. Oleh karena itu
pada giliranya akan mendapat kesulitan kalua mempertanyakan tempat Tuhan dan
waktu Tuhan, walaupun dengan sebuah penghormatan besar dengan Surga dan
Nirwana. Bila benda apapun di alam ini memerlukan ruang, sehingga kita kemudian
menegnal kata di atas, di bawah, di samping, di kiri dan kanan, di depan dan
belakang, maka hal tersebut tidak berlaku pada Tuhan. Apabila kita memuliakan-Nya,
kata-kata “Tuhan di atas Arasy” hendaknya dijadikan penghormatan, karena atas
melibihi bawah. Kata-kata yang disebelah kanan Allah Bapa, hendaknya sebagai
peghormtan kepada Nabi Isa . Oleh karena itu diperlukan ilmu ketuhanan (ilmu
tauhid) untuk menikmati peribadatan secara filsafati. Inilah yang oleh para
filosof disebut sebagai perenungan tentang Tuhan. Jadi tidak ada kata “ Ketika
Tuhan Menyaksikan” karena selamanya Tuhan melihat (Asy Syahid) dan
mustahil Tuhan berhenti melihat sebab akan membuat diri-Nya tidak kuasa
melihat. Tidak ada kata “ketika Tuhan mencipta” karena selamanya Tuhan mencipta
yang disebut Tuhan Pencipta (Al Khaliq) mustahil Tuhan berhenti mencipta
sebab akan membuat diri-Nya istirahat sehigga tidak kuasa lagi. Pantheisme adalah
paham yang mengatakan Tuhan berada dimana-mana,paham ini lahir untuk
memperlihatkan kemahakuasaan Tuhan sehingga berada dimana-mana. [4]
Suatu Filsafat yang disusun berdasarkan ajran-ajaran serta
kepercayaan keagamaan sebagai pendirian-pendirian yang hakiki. Seperti halnya
filsafat agama bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai agama,
seperti “Tuhan”, “Tuhan ada” Tuhan maha mengetahui”
Selain itu filsafat agama
menyelidiki prinsip-prinsip yang dipakai untuk melakukan verifikasi terhadap
pertanyaan-pertanyaan keagamaan serta pengalaman-pengalaman keagamaan. Teologi
berusaha menjadi semacam kumpulan pengetahuan mengenai Tuhan dalam arti kata
yang sesungguhnya. Suatu agama mengugkapkan suatu kumpulan tingkah laku serta
kepercayaan sebagai yang tertinggi dan terbaik. Agama tersebut mencoba
menjelaskan kepada kita mengenai Tuhan Sangat sulit mendefinisikan tentang
“Tuhan”. Beberapa ciri khas “Tuhan” atau untuk menyebutkan kata-kata sifat yang
ia pakai untuk mengganti kata Tuhan. Maka barang kali ia akan menggunakan kata
“Bapak” atau “Pencipta”, “Yang tidak berakhir”, “Yang Abadi”, “Yang Maha
Kuasa”, “Yang Maha Mengetahui” dan barang kali juga “Yang Maha Ada”. Kemudian
ada istilah seperti “Yang Adil”, “Yang Bijaksana ” dan Ynag Mengasihi.[5]
Membahas tentang hakikat Tuhan dan sifatnya, Dia terbagi menjadi:
1.
Wujud
yang mungkin, atau wujud yang nyata karena lainya (wajibul wujud li ghoirihi)
seperti wujud cahaya yang tidak akan ada
kalaupun ada sekiranya tidak ada matahari.
2.
Wujud
yang nyata dengan sendirinya (Wajibul wujud li dzati).wujud ini adalah wujud
yang tabiatnya itu sendiri menghendaki wujyuudnya. Yaitu wujud yang
diperkirakan tidak ada maka akan timbul kemuslihatan sama sekali. Ia adalah
sebab pertama bagi semua wujud. Wujud yang pertama disebut Tuhan.
Allah adalah wujud yang sempurna dan
yang ada tanpa suatu sebab. Ia adalah wujud yang paling dulu adanya. Karena
itu, Tuhan adalah zat yang azali (tanpa permulaan) dan yang selalu ada. Tuhan itu sempurna, maka wujud tersebut tidak
mungkin terdapat sama sekali pada selain Tuhan. Karena Tuhan itu tunggal, maka
batasan tentang dia tidak dapat diberikan karena batasan berarti suatu
penyusunan.[6]
Filsuf lama menamai Allah itu ialah ‘Pembuat’,’Pencipta’, ‘Akal Pertama’,
Wajibul Ujud, Sebab dari segala sebab, Penggerak yang tiada bergerak, Puncak
Cinta.
Dengan filsafat manuisa dapat sampai
kepada kesimpulan bahwa Tuhan itu tidak ada, dengan filsafatnya juga manuisa
dapat kesimpulan bahwa Tuhan itu ada. Kedua-duanya adalah filsafat yang
berpendapat bahwa Tuhan itu ada, ini pun beraneka corak macamnya: Tuhan itu
ada, Tuhan itu banyak: itulah Polithesme! Tuhan itu ada, Tuhan itu,
itukah mudahnya kita sebut saja, dua-theisme. Tuhan itu tiga, itulah tri-murti,
trri-theisme. Tuhan itu ada, Tuhan itu satu, itulah monotheisme. Yang
berpendirian bahwa, Tuhan itu alam, ala mini Tuhan, itulah Pantheisme. Tuhan
itu aku, aku ini Tuhan, itulah mislanya Alhalaj. Tuhan itu satu, Tuhan itu
adalah, maafkan, bagian vital dari tubuh manusia: itulah pendirian yang juga dianut
oleh kelompok manusia tertentu. Kesemuanya itulah filsafat. Blaise Pascal
(1623-1662) pernah mengatakan: Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Jakub,
bukanlah Allah para filsuf! Maksudnya: ketuhanan bikinan filsuf itu tidak sama
dengan Tuhan yang hidup menurut Kitab Suci. “Memang benar dalam sejarah
filsafat Allah itu diciptakan menurut peta dan tauladan manusia” tulis DC
Mulder “Allah itu satu pengertian filosofis, bukan suatu kenyataan yang hidup,
dalam filsafat Aristoteles Allah itu akal yang tertinggi. Dalam filsafat
Neoplatonisme Allah itu keesaan mutlak, menurut Descrates Allah itu menjamin
bahwa pikiran-pikira akal memang benar. Allah disini merupakan puncak dari
Rasionalisme. Menurut Hegel Allah itu roh mutlak yang emnajdi insaf akan diri
sendiri dalam filsafat idealisme ” Kesemuanya itu adalah filsafat.[7]
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Filsafat Ketuhanan adalah hikmah
(Kebijaksanaan) menggunakan akal pikiran dalam menyelidiki Ada dan Esa-Nya
Tuhan. Persoalan mencari dan menyelidiki Tuhan telah ada semenjak manusia ada
di bumi ini. Faham ketuhanan bukan hanya suatu dogma belaka. atau suatu
kepercayaan yang tidak bisa dibuktikan kebenaranya melalui akal pikiran
melainkan suatu kepercayaan yang benar (yang sesuai dengan objeknya) yang dapat
diuji melalui logika dan akademi. Suatu Filsafat yang disusun berdasarkan
ajran-ajaran serta kepercayaan keagamaan sebagai pendirian-pendirian yang
hakiki. Seperti halnya filsafat agama bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan
mengenai agama, seperti “Tuhan”, “Tuhan ada” Tuhan maha mengetahui”
B.
KRITIK
DAN SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Kami
menyadari dalam penulisan makalah ini masih membutuhkan penyempurnaan. Maka
dari itu kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Besar
harapan kami semoga makalah ini bisa memberikan banyak manfaat bagi pembaca dan
pemakalah khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Endang
Saefudin. 1987. Ilmu Filsafat dan
Agama,. Surabaya: PT Bina Ilmu
Hanafi, Ahmad.
1990. Pengantar Filsafat Islam.
Jakarta: PT Bulan Bintang
Kattsoff, Louis
O. 1992. Pengantar Filsafat,. Yogyakarta:
Tiara Wacana Yogya
Syafiie, Inu
Kencana. 2004. Pengantar Filsafat. Bandung:
PT Refika Aditama
Ya’Kub, Hamzah.
1984. Filsafat Ketuhanan. Bandung: PT Alma’arif
[1] Inu Kencana
Syafiie, Pengantar Filsafat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), hlm. 1
[2] Louis O.
Kattsoff, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1992),
hlm. 3-4
[3] Hamzah Ya’Kub,
Filsafat Ketuhanan, (Bandung: PT Alma’arif, 1984), hlm. 20
[4] Inu Kencana
Syafiie, Pengantar Filsafat, (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), hlm.
88-90
[5] Louis O.
Kattsoff, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1992),
hlm. 444-448
[6] Ahmad Hanafi, Pengantar
Filsafat Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990), hlm. 90-91
[7] Endang
Saefudin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, (Surabaya: PT Bina Ilmu,
1987), hlm.111-112
Tidak ada komentar:
Posting Komentar